Kata mereka sih, "welcome to the jungle".
Ini bukan hutan pertama bagi saya. Walau begitu, kuantitas binatang buas dan tanaman beracun di dalamnya siapa yang tau? Bisa jadi lebih dari yang pernah saya bayangkan.
Gak usah pake kiasan, ngerti lah penggambaran anak FK gimana. Ambisius, all about grades, sikut-menyikut. At least that's how most people I know see it. Emangnya beneran gitu? Gak tau, kan belum mulai.
Yang pasti saya bukan orang yang seperti itu. Gak kok, gak berarti saya lebih lemah maupun lebih baik. Justru itu permainan saya yang mungkin mulai dibenci orang lain, showcasing my weakness so people wouldn't see me as a threat. But it's purely because I am not a threat, apa yang menurut orang lain adalah kesuksesan belum tentu merupakan kesuksesan di mata saya. Therefore, I don't always chase what other people thrive for. Kenapa? Karena harga kebahagiaan bagi tiap insan itu berbeda. Gak ada tolak ukurnya. Ultimately, the biggest success would be happiness, correct? Statement itu aja udah dapat diperdebatkan, sebuah bukti bahwa paradigma tiap orang itu berbeda.
Ok, gak nyambung.
Jadi, gimana dengan FKUI sejauh ini?
For starters, gua cuma mau bilang secara akademis dan dunia belajarnya I know nothing yet so this wont have anything to do with that. Jadi bahasan saya mungkin bukan FK nya, lebih tentang UI nya. Aneh ya, jarak 30-40 menit naik kereta aja bisa menyuguhkan suatu perbedaan yang luar biasa. Beda banget sama SMA, untuk saat ini belum bisa bilang kuliah lebih seru. Saya masih suka SMA, saya suka dengan comfort zone yang dulu udah senyaman-nyamannya nyaman. Mungkin yang gak saya suka cuma beberapa bulan terakhir yang penuh dengan belajar-belajar-belajar. Sisanya, s-e-r-u.
Haha, kalo gak sadar diri sih gua udah bisa lanjut ngomongin SMA terus menerus sampe paragraf kesekian. Ya kalo di garis bawahi, emang masih pengen balik ke SMA. Di FKUI ini ketemu banyak orang dengan latar belakang yang berbeda. Sebagai anak kota (gak kota-kota amat sih) gua bisa dengan yakinnya bilang kalo merasa seperti anak desa. No, it's not that much of a bad thing. Justru saya baru sadar kalo polos ini suatu kebanggaan bagi diri sendiri. Mungkin sebandel-bandelnya saya itu masih sangat alim di dunia baru. Dunia yang udah jauh lebih sekuler di mana hal-hal yang dulu sangat tabu sekarang mulai b aja. Apakah saya akan terbiasa dengan hal ini? Pasti kok. Kaya di SMP dulu kaget banget kalo tau ada banyak yang ngerokok. Masuk kelas 8 udah biasa aja ngeliat anak-anak nongkrong sambil nyebat. Hal seperti ini akan biasa saja, walaupun begitu gak berarti dia bakal masuk ke kamus gaya hidup kita pribadi kan? Saring sepandai-pandainya.
Sebenernya post ini lebih cocok di blog yang satunya, tapi saya kira saya bakal ngasih informasi yang berguna. Mungkin sekarang waktunya? Oke, jadi saran saya buat siapapun yang hendak keluar dari lingkungan normal nya; jangan khawatir tentang menjadi minoritas. Mungkin awalnya bakal merasa sangat inferior, cuma sadarlah kalo semua orang juga sama. Mereka juga baru mulai, they're as clueless as you are, some are just better at hiding it. Untuk kalian-kalian yang kaget melihat pergaulannya, gak usah jadi minder. Jujur aja, gua pun sempet minder ngeliat orang di sini kebanyakan kalo gak flaunting harta ya flaunting ilmu, ada juga yang flaunting kebandelan. Itu cuma karena mereka pun nyari posisi yang puguh di tempat ini. Kalian (dan gua juga) jangan ikut-ikutan flaunting apapun cuma sekedar untuk penegasan eksistensi. Toh, sebenernya semua orang sama. Kalo bisa terlihat menarik, entah dengan cara apa, ya kenapa engga? Jadi ya coba untuk membuka pikiran, kamu tau apa yang terbaik bagi diri sendiri, kamu juga yang bisa ngarahin niat selurus mungkin, just find your crowd and have your own fun in your own way.
Ini lebih seperti saran dari diri saya untuk diri saya juga. Jadi ya, udah kaliya? Mulai ngelindur. Semoga besok-besok lebih baik dari kemarin-kemarin. Selamat malam!