nemu di google |
Jadi selama liburan itu gua yang gabut hanya bisa memperhatikan kedua kakak berkutik dengan jurnal nya. Kadang mereka nyontek dari internet, kadang mereka ngarang sendiri. Yang pasti setiap mereka ngejurnal, pensil warna dan spidol udah acak-acakan di lantai. Akhirnya di hari ke 10 bulan Januari gua memutuskan untuk adopsi kebiasaan yang sama.
Hanya bertahan sekitar 2 hari, di hari ketiga pas lagi nongki di coffee shop paling mainstream se dunia (you guessed it), gua udah muak bikin hiasan-hiasan dan creative content macam punya kakak. I hated how my journal looked, especially compared to my sisters', I also hated that it took hours to create just one piece. Akhirnya I decided to quit journaling.
But then on one fine afternoon I started contemplating about things; and I started thinking about my neglected journal. One thinking led to another, terus gua berhasil merumuskan masalah gua; it is not the journaling I hate, it is the way of journaling that I can not comprehend.
Hal itu sebenernya menyadarkan gua akan berbagai hal, too many times gua meninggalkan sesuatu not because I hate it, but because I did not like how I was taught to do it, atau simply belum menemukan cara yang sesuai dengan diri gua sendiri. For example ketika gua belajar matematika di suatu lembaga yang mengharuskan ngerjain PR nya setiap hari; berakhir dengan "aku benci matematika" when in fact gua cuma gak suka dengan tekanannya aja. Terus ketika gua mengikuti orang lain belajar bersama di NF dan gua pulang dengan ilmu yang gak bertambah banyak, gua berfikir "mau belajar gimana juga gua tetep bolot ya, i hate studying" padahal faktanya when it comes to pelajaran yang itung-itungan, gua emang gak bisa belajar bareng.
And now about the journal thing. Akhirnya setelah menyadari pola kehidupan gua yang berlari dari berbagai hal, kali ini gua gamau quit. Gua mencoba metode jurnal yang lebih cocok; meminimalisir dekorasi (pake printout seadanya atau gambar-gambar kecil di pinggir) and I let random strikes of ideas fill it in tanpa aturan, tapi tetep ada content yang mandatory setiap harinya ttg keseharian gua (yang mungkin membuat jurnal ini jatuhnya lebih mirip ke diari?) Tapi dengan cara ini gua beneran enjoy waktu-waktu ngejurnal, bahkan udah mulai terbiasa ngelakuin setiap sebelum tidur.
Jadi inti dari post ini adalah jangan nyontek cara orang terus stress sendiri ketika kita gak bisa keep up sama gaya mereka. Find your own rhythm dan your own way of working, niscaya hasilnya akan lebih orisinil dan baik (at least for yourself).
Waktunya ngejurnal!
No comments:
Post a Comment